Kamis, 07 Januari 2010

Kondisi Geografi Ulo Watu

C. ULO WATU
a. Kondisi Geologi
Batu gamping chalky-an GWK berumur Plestosen, atau paling tua Late Pleiocene. Apabila dilihat "jalurnya" sesuai dengan deretan batugamping Selatan Jawa, tidak sejalur dengan batugamping chalky-an Kuarter Formasi Paciran di Gresik-Tuban. Fm. Paciran yang sama dengan GWK, selain itu batuan di GWK memang seumur dengan Fm. Paciran. Jadi dari umur dan ciri fisik batugamping GWK mirip dengan Fm. Paciran, meski bukan berarti dari formasi yang sama, karena jalur (cekungan/pengendapan) nya juga sudah berbeda.
Dari peta Geologi Bali (Purbo-Hadiwidjojo, 1971) serta Kadar (1977), Batu gamping di Uluwatu itu sekitar Pliocene-Pleistocene dan merupakan batuan tertua yang tersingkap di Bali dan disebut sebagai Formasi Selatan dan Sorga. Formasi Ulakan yang saya sebut tersebut relatif diatas batugamping.
Batuan breksi volkanik itu tepat dibawah batu gamping Uluwatu. Berarti ada singkapan breksi volkanik yang relative lebih tua. Batuan yang berada di GWK lebih chalky seperti di Padalarang. Hanya saja gamping di Uluwatu yang kelihatannya sama dengan GWK menindih breksi volkanik yang memang masih jalur Old Andesite Jawa. Model singkapan seperti ini sejak dari Jampang di Sukabumi (gamping Bojonglopang di atas breksi volkanik Jampang), di Peg. Kidul (Wonosari di atas group Kebo Butak-Nglanggran) dan di Uluwatu ini. Baik Bojonglopang maupun Wonosari sekitar Miosen Tengah-Akhir. Baik GWK dan Uluwatu masih sejajar ke jalur selatan karbonat Pegunungan Selatan Jawa dan bahwa jalur Old Andesite masih menerus ke Nusa Tenggara, maka mungkin GWK limestone tergolong Miosen Tengah. Dengan menggunakan cek umur akan menentukan umur batuan, atau apabila skalanya cukup dapat dicek di peta geologi P3G.
b. Kondisi Geomorfologi
Pada pokok bahasan diatas dikatakan bahwa tebing Uluwatu termasuk dalam kategori tebing berstadia dewasa. Hal ini dapat diketahui dengan adanya sedimen yang berada di daerah pantai tepat dibawah tebing. Di bagian tepi dari tebing di Uluwatu menggambarkan bahwa erosi senantiasa terus menerus terjadi. Adanya bentukan-bentukan yang khas dari morfologi tebing yang ada di sana menggambarkan kondisi morfologi daerah tersebut selalu berubah. Adapun ciri-ciri yang lain adalah sebagai berikut:
• Tenaga erosi dan pengendapan seimbang
• Tidak kuat mengikis bagian yang resisten
• Daya angkut terbatas
• Sistem megalami perataan atau pendaratan (stadium tua).
Proses erosi pada tebing Uluwatu lebih dominan erosi horisontaldaripada vertikal karena pengaruh hantaman ombak dari Samudera hindia. Sehingga kekuatan untuk mengikis bagian dasar sangatlah besar. Sebagai akibat pengikisan tebing yang relatif lambat ini adalah adanya erosi horisontal yang lebih dominan dan materi yang dapat diangkat adalah materi yang berukuran halus saja, misalnya tanah liat, pasir, siil dan lain sebagainya.
Terjadinya pembalikan topografi pada rangkaian pegunungan yang berbentuk ladam ini adalah akibat proses pelapukan dan erosi puncak artiklin yang berubah menjadi lembah. Hal ini terjadi pada saat bumi dalam keadaan labil, di mana lempeng-lempeng bergerak satu sama lain karena adanya arus konveksi akibat pancaran panas dari inti bumi. Pada kala tertentu lempeng-lempeng tersebut dapat bergerak untuk mencapai keseimbangan. Meskipun gerakan lempeng ini tidak relatif besar namun dapat membentuk beberapa formasi yang ada di Uluwatu.

c. Kondisi Tanah
Kondisi tanah di Uluwatu yang bermacam-macam jenisnya dipengaruhi oleh jenis batuan yang ada di sekitar tanah tersebut. Tanah senantiasa mengalami evolusi, pada saat terbentuk akan mengambil sifat-sifat batuan induknya. Tetapi tanah akan senantiasa mengalami sirkulasi pertumbuhan dengan stadit muda, dewasa dan tua. Pengaruh dari luar akan mengubah keadaan asli dari masa tanah. Begitu kuatnya pengaruh dari luar akan banyak menentukan ciri-ciri tanah, pengaruh luar yang utama adalah iklim. Pengaruh yang lain adalah vegetasi yang sebenarnya juga ditentukan oleh iklim. Faktor iklim yang menetukan adala hujan (presipitasi).
Terjadinya gerakan tanah disebabkan oleh adanya gerakan masa batuan, misalnya yaitu terjadi deris avalance, hanging valley, maupun soil creep, tanah yang merayap (soil creep) ini merupakan gejala umum yang terjadi di permukaan bumi, karena gerakannya yang lambat sehingga perubahan yang terjadi tidak dapat diamati secara langsung, tetapi hanya bisa diamati gejala-gejalanya saja.
d. Vegetasi
Vegetasi di lokasi Uluwatu adalah beraneka ragam sesuai dengan kondisi tanah yang ada di daerah tersebut. Tanah yang terletak pada daerah atas relatif subur karena mengandung banyak materi pelapukan dari vegetasi. Pada kawasan Uluwatu ini ditemukan banyak vegetasi yang berdaun jarum. Pola penyebaran vegetasi di daerah ini adalah menyebar yang dipengaruhi oleh relief daerahnya yang tidak rata, berbatu, dan berlapis-lapis.
Untuk pola penyebaran vegetasi yang dapat kita amati selama di Uluwatu yaitu sangat teratur karena telah memperhatikan komposisi tanaman yang diperlukan. Misalnya pada daerah bukit totogan terdapat vegetasi padi yang sangat beragam dan sejenis atau dapat dikatakan homogen. Kehidupan vegetasi di Uluwatu dapat dikatakan baik karena hamper semua vegetasi di daerah ini dapat hidup dengan baik.
e. Iklim
Keadaan iklim di Uluwatu ini tergolong sama dengan keadaan wilayah lain umumnya. Pada waktu kita melakukan observasi di daerah ini suhunya sekitar 26oC. Kondisi awan pada saat observasi normal-normal saja atau sedang, tidak mendung juga tidak terlalu sedikit awannya.
f. Hidrologi
Uluwatu terletak di daerah perbukitan batu karang di sebelah selatan Pulau Bali. Termasuk wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabuaten Badung. Untuk mencapai Uluwatu dari kota Denpasar berjarak kurang lebih 30 km ke arah Selatan melalui kawasan pariwisata Kuta, Bandara Ngurah Rai Tuban dan Desa Jimbaran. Tempat ini sangat baik untuk berolahraga papan selancar sepanjang tahun. Lingkungan di sekitar ULuwatu sangat kering sehingga air sangat sulit didapatkan. Di uluwatu ini daerahnya berupa tebing-tebing karang yang terjal dan dibawahnya terdapat batu karang yang terjal juga dengan hamparan laut biru yang merupakan Samudera Hindia.
g. Tata Guna Lahan
Lahan di sekitar uluwatu masih relatif alami (lahan tertutup) karena terdapat hutan perbukitan yang homogen. Uluwatu merupakan tempat pariwisata sehingga tata guna lahannya digunakan sebagai tempat pariwisata yang dibangun sedemikian menarik untuk menarik para wisatawan. Dibangunnya sebuah pura di atas tebing yang berketinggian 70 meter di atas permukaan air laut. Pada abad ke-11 inilah yang menarik kedatangan para wisatawan. Di dekat lingkungan Pura Luhur Uluwatu tersedia tempat parkir yang cukup luas. Kios-kios souvenir serta warung-warung minuman dan makanan kecil juga tersedia di sekitar tempat itu. Toilet untuk umum terdapat di pojok tenggara tempat parkir.
h. Konservasi Lahan
Pemerintah Bali melakukan konservasi pencegahan abrasi di pantai uluwatu secara alami dan proporsional. Pantai sepanjang 19 km itu mengalami abrasi 0,5 km yang sebenarnya belum tertangani dengan baik. Selama ini penanganan abrasi tersebut dilakukan pemerintah pusat melalui bantuan pasca bencana alam dan satuan pengamanan pantai Bali Selatan serta dana propinsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman