Kamis, 28 Januari 2010

KETERKAITAN ANTARA GLOBAL WARMING YANG BERDAMPAK PADA INTENSITAS AIR HUJAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PERKEBUNAN BUDIDAYA TEMBA

KETERKAITAN ANTARA GLOBAL WARMING YANG BERDAMPAK PADA INTENSITAS AIR HUJAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PERKEBUNAN BUDIDAYA TEMBAKAU DI INDONESIA

Ata Najdatul Luthfiana

Adanya pemanasan global yang terjadi saat ini yang menyebabkan musim tidak menentu begitu juga intensitas hujan yang tidak dapat diprediksi dengan baik, akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan budidaya tanaman tembakau. Musim kemarau kini yang relatif lebih lama membuat masa tanam petani selalu mengalami kemunduran karena kekhawatiran mereka.Jika kekurangan air karena hujan tidak turun tepat waktunya dan persedian air pun menipis saat awal masa menanam bibit, maka tembakau yang baru ditanaman mati, atau tembakau yang sudah berdaun daunya tidak bisa luas, tidak panjang dan sedikit jumlahnya. Maka hasil produksi jelek, dan petani pun mengalami kerugian.Dampak-dampak dari fenomena global warming, adanya suhu yang semakin meningkat dan musim hujan yang tidak dapat diprediksi secara pasti sudah mempempengaruhi pertanian di Indonesia, khususnya tembakau. Pengaruh air (curah hujan) terhadap pertumbuhan tanaman tembakau yang ada di Indonesia sangat tinggi. Banyak petani mengeluh dan merugi akibat kegagalan panen tembakau mereka, atau rendahnya harga beli hasil panen dari perusahaan rokok karena rendahnya kualitas tembakau yang dihasilkan. Semuanya karena kekurangan persedianaan air (irigasi) akibat kekeringan karena musim hujan tidak datang tepat pada waktunya.
KATA KUNCI : global warming, musim tidak menentu, air, tembakau.

1. LATAR BELAKANG
Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap rokok dari tahun ketahun selalu mengalami kenaikan. Indonesia menempati posisi kelima di dunia dalam jumlah konsumsi rokok dengan jumlah 215 miliar batang. Sebanyak 31,4 persen atau 62.800.000 orang dari penduduk Indonesia merokok. Sementara, berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 59,04 persen laki-laki perokok dan 4,83 persen perempuan perokok.Berdasarkan survei sosial ekonomi nasional (susenas), pada 2001 persentase jumlah penduduk Indonesia yang merokok 31,8 persen, tahun 2003 meningkat menjadi 32 persen dan pada 2004 menjadi 34,5 persen. Sekalipun rokok mengandung 4.000 jenis bahan kimia yang bisa menimbulkan 25 jenis penyakit terkait dengan jantung, paru, gangguan kehamilan, serta berdampak pada sistem reproduksi perempuan dan laki-laki, namun upaya yang ada saat ini untuk menekan laju pertambahan perokok tak kuasa menahan gebrakan dan strategi yang diluncurkan produsen rokok untuk tetap merokok dan memunculkan perokok baru.
Fenomena ini tidak bisa lepas dari danya peningkatan jumlah perusahaan rokok di Indonesia yang juga terus meningkat. Dibuktikan dengan adanya kontribusi penerimaan cukai terhadap penerimaan dalam negeri selama kurun waktu 1 dasawarsa, telah meningkat sekitar 100 persen. Dari penerimaan cukai tersebut, 95 persen berasal dari cukai hasil tembakau yang diperoleh dari jenis hasil tembakau (JHT) berupa rokok sigaret kretek mesin, rokok sigaret tangan dan rokok sigaret putih mesin, yang dihasilkan oleh industri rokok.
Perkebunan merupakan salah satu pilar penggerak perekonomian nasional yang yang sebagian besar diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat. Selain untuk ekspor, produk perkebunan juga utuk memenuhi kebutuhan industri domestik. Pada tahun 2008 sumbangan sektor perkebunan terhadap PDB mencapai Rp 106,2 triliun (berdasarkan harga berlaku) atau 2,14% dari PDB nasional. Produk perkebunan merupakan sumber devisa, dengan penerimaan ekspor Rp 190 triliun diluar cukai rokok (Rp 40 triliun) dan pajak ekspor CPO (Rp 13 triliun). Dengan luas areal 18,81 juta hektar, sektor perkebunan menyediakan lapangan kerja bagi 19,1 juta pekebun. Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam menghasilkan produk perkebunan sehingga dapat menguasai pangsa pasar internasional yang cukup besar untuk beberapa komoditas perkebunan seperti kakao, karet, teh, kopi, lada, vanilli, kopra, cpo, minyak atsiri, , pinang, mete, dan tembakau juga masuk didalamnya.
Dalam perjalanannya, kualitas produk perkebunan yang sampai kepada konsumen sering tidak sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan. Hal tersebut terjadi karena berbagai faktor dari fase pemilihan bahan tanaman, panen, sampai kepada fase penyimpanan. Keberhasilan pengembangan produksi dan pemasaran komoditas perkebunan tidak terlepas dari peran lembaga penelitian (termasuk Puslitbang Perkebunan) sebagai penghasil inovasi baik di bidang teknologi maupun kelembagaan. Kebutuhan inovasi untuk senantiasa meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi masing-masing komoditas bersifat spesifik, sesuai dengan karakteristik tanaman dan agroekosistem wilayah pengembangannya. Sebagaimana diketahui bahwa jumlah komoditas perkebunan sangat banyak, demikian juga karakteristik agroekosistem pengembangannya di Indonesia sangat beragam. Namun demikian secara umum faktor penentu keberhasilan pengembangan tanaman pertanian (termasuk komoditas perkebunan) adalah bahan tanaman, penerapan teknologi budidaya, dan pasca panen.
Sudut pandang negatif dan positif terhadap keberadaan rokok dan tembakau banyak bermunculan, namun dalam tulisan ini kita tidak membahas tentang pandangan negatif terhadap keberadaan rokok, industri rokok, dan konsumen rokok. Akan tetapi lebih membahas tentang pola tanam dan perkembangan tanaman tembakau sebagai bahan utama dalam industri rokok serta hubungannya dengan adanya cuaca yang tidak menentu yang menyebabkan keberadaan kandungan air dalam tanah yang tidak stabil. Global warming sebagai salah satu penyebab dari keadaan ini, musim kemarau dan musim penghujan yang tidak tentu datangnya berpengaruh terhadap perkebunan tembakau. Hasil produksi dan kualitasnya sedikit banyak juga ikut terpengaruhi. Dalam penulisan ini diharapkan dapat diketahui dampak dari adanya perubahan cuaca yang tidak menentu terhadap perkembangan tanaman tembakau serta mengukur seberapa besar pengaruh air terhadap pertumbuhan tanaman tembakau yang ada di Indonesia.

II. HASIL
1.TEMBAKAU
Tembakau adalah produk pertanian yang diproses dari daun tanaman dari genus Nicotiana. Tembakau dapat dikonsumsi, digunakan sebagai pestisida, dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat. Jika dikonsumsi, pada umumnya tembakau dibuat menjadi rokok, tembakau kunyah, dan sebagainya. Tembakau telah lama digunakan sebagai entheogen di Amerika. Kedatangan bangsa Eropa ke Amerika Utara mempopulerkan perdagangan tembakau terutama sebagai obat penenang. Kepopuleran ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat bagian selatan. Setelah Perang Saudara Amerika Serikat, perubahan dalam permintaan dan tenaga kerja menyebabkan perkembangan industri rokok. Produk baru ini dengan cepat berkembang menjadi perusahaan-perusahaan tembakau hingga terjadi kontroversi ilmiah pada pertengahan abad ke-20.







Deskripsi tentang tembakau,
Habitus : Sernak, semusim, tinggi ± 2 m.
Batang : Berkayu, bulat, berbulu, diameter ± 2 cm, hijau.
Daun : Tunggal, berbulu, bulat telur, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul,
panjang 20-50 cm, lebar 5-30 cm,
tangkai : panjang 1-2 cm, hijau keputih-putihan.
Bunga : Majemuk, tumbuh di ujung batang. kelopak bunga berbulu, pangkal berlekatan.
ujung terbagi lima, tangkai bunga berbulu, hijau. benang sari lima, kepala sari abu-abu, putik panjang 3-3,5 cm, kepala putik satu, putih, mahkota bentuk terompet, merah muda.
Buah : Kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua coklat.
Biji : Kecil, coklat.
Akar : Tunggang putih.
NICOTIANA TABACUWI L.
Botani Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dlcotyledonae
Bangsa : Solanales
Suku : Solanaceae
Marga : Nicotiana
Jenis : Nicotiana tabacum L.

Nama urnum/dagang Tembakau
Nama daerah
Sumatera : Bakong (Aceh) Bako (Gayo) Timbako (Batak Kara), imbaho (Batak
Toba) Bago (Nias) Tembakau (Melayu) Temakaw (Bengkulu)
Tembakau (Minang-kabau) Tembaku (Lampung)
Jawa : Bako (Sunda) Bako (Jawa Tengah) Debak (Madura)
Bali : Bako
Nusa Tenggara : Tembako (Sasak)
Sulawesi :Modo (Roti) Tabako (Timor) Tambako (Makasar) Tabaku (Seram)
Maluku : Tabaku (Ternate
Kandungan kimia dalam tembakau:
Daun Nicotiana tabacum mengandung alkaloida, saponin. flavonoida danpolitenol.
Khasiat Tembakau :
Daun Nicotiana tabacum berkhasiat sebagai obat luka.
Dalam Bahasa Indonesia tembakau merupakan serapan dari bahasa asing. Bahasa Spanyol "tabaco" dianggap sebagai asal kata dalam bahasa Arawakan, khususnya, dalam bahasa Taino di Karibia, disebutkan mengacu pada gulungan daun-daun pada tumbuhan ini (menurut Bartolome de Las Casas, 1552) atau bisa juga dari kata "tabago", sejenis pipa berbentuk y untuk menghirup asap tembakau (menurut Oviedo, daun-daun tembakau dirujuk sebagai Cohiba, tetapi Sp. tabaco (juga It. tobacco) umumnya digunakan untuk mendefinisikan tumbuhan obat-obatan sejak 1410, yang berasal dari Bahasa Arab "tabbaq", yang dikabarkan ada sejak abad ke-9, sebagai nama dari berbagai jenis tumbuhan. Kata tobacco (bahasa Inggris) bisa jadi berasal dari Eropa, dan pada akhirnya diterapkan untuk tumbuhan sejenis yang berasal dari Amerika.


SEJARAH TEMBAKAU DI INDONESIA
Tembakau telah mapan sebagai komoditas internasional, terutama sebagai bahan baku rokok selain manfaatnya di bidang lain, mungkin medis, terapi aroma, dan kosmetik, yang dikenal dengan MAC. Tembakau telah menempatkan kepulauan Nusantara sebagai pengekspor utama di pasar internasional –pada tahun 1850-an dan 1880-an, Bali dan Lombok disebut sebagai pengekspor tembakau utama (Boomgaard, 2002).
Dalam penelaahan Boomgaard (2002), diyakini bahwa pengenalan tembakau di kepulauan Indonesia seiring dengan datangnya bangsa Portugis dan Spanyol pada tahun 1500-an, yang membawa serta jenis tanaman baru –kebanyakan dari benua Amerika, seperti Filipina yang diperkenalkan dengan Tembakau dari Meksiko pada tahun 1570-an. Seturut telaahnya pula, pemanfaatan masyarakat terhadap hasil budidaya tembakau –ethnobotany –sangat beragam. Namun, pemanfaatan utamanya tidak jauh dari masa sekarang yakni, seputar cerutu dan rokok. Seturut sejarah Jawa mengenai kebiasaan orang di kepulauan Indonesia mengisap tembakau –merokok, diperkirakan telah ada sejak tahun 1600-an, bahkan sumber Eropa pertama tentang hal ini menyebutkan adanya perokok suku Jawa, di Banten, pada tahun 1603, dan diperkirakan pada tahun 1624 kebiasaan merokok telah sampai ke istana Mataram Islam, di Jawa Tengah, dan pada 1644 seorang pengamat Jerman mencatat bahwa orang Jawa sangat suka merokok seperti orang Jerman. Di belahan timur kepulauan Indonesia tercatat bahwa Penduduk Siau (P. Sangihe dan Talaud) telah terbiasa mengunyah tembakau (1631).
Daerah penghasil tembakau Indonesia
• Tembakau Deli, penghasil tembakau untuk cerutu.
• Tembakau Temanggung, penghasil tembakau rajangan untuk sigaret.
• Tembakau Vorstenlanden (Yogya-Klaten-Solo), penghasil tembakau untuk cerutu dan tembakau sigaret (tembakau Virginia).
• Tembakau Besuki, penghasil tembakau srintil untuk sigaret.
• Tembakau Madura, penghasil tembakau untuk sigaret.
• Tembakau Lombok Timur, penghasil tembakau untuk sigaret (tembakau Virginia).


SYARAT PERTUMBUHAN TEMBKAU
Tanaman tembakau, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, Suhu udara yang cocok antara 21-32 derajat C, pH antara 5-6. Tanah gembur, remah, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik sehingga dapat meningkatkan drainase, ketinggian antara 200-3.000 m dpl. Berikut langkah penting dalam membudidayakan tanaman tembakau.
1. Pembibitan
2. Pengolahan media tanam
3. Pembuatan lubang tanam

CARA PENANAMAN TEMBAKAU
Basahi dan sobek polibag lalu benamkan bibit sedalam leher akar
Waktu tanam pada pagi hari atau sore hari.
1. Penyulaman
Penyulaman dilakukan 1- 3 minggu setelah tanam, bibit kurang baik dicabut dan diganti dengan bibit baru yang berumur sama.
2. penyiangan
Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan yaitu setiap 3 minggu sekali.
3. Pemupukan.
4. Pengairan dan penyiraman.
5. Pemangkasan.
Pangkas tunas ketiak daun dan bunga setiap 3 hari sekali
Pangkas pucuk tanaman saat bunga mekar dengan 3-4 lembar daun di bawah bunga

PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
• HAMA
a. Ulat Grayak ( Spodoptera litura b. Ulat Tanah ( Agrotis ypsilon
c. Ulat penggerek pucuk ( Heliothis sp. )
d. Nematoda ( Meloydogyne sp.
e. Kutu – kutuan ( Aphis Sp, Thrips sp, Bemisia sp.)
f. Hama lainnya Gangsir (Gryllus mitratus )
• PENYAKIT
a. Hangus batang ( damping off )
Penyebab : jamur Rhizoctonia solani. Gejala: batang tanaman yang terinfeksi akan mengering dan berwarna coklat sampai hitam seperti terbakar.
b. Lanas
Penyebab : Phytophora parasitica var. nicotinae. Gejala: timbul bercak-bercak pada daun berwarna kelabu yang akan meluas, pada batang, terserang akan lemas dan menggantung lalu layu dan mati
c. Patik daun
Penyebab : jamur Cercospora nicotianae. Gejala: di atas daun terdapat bercak bulat putih hingga coklat, bagian daun yang terserang menjadi rapuh dan mudah robek.
d. Bercak coklat
Penyebab : jamur Alternaria longipes. Gejala: timbul bercak-bercak coklat, selain tanaman dewasa penyakit ini juga menyerang tanaman di persemaian. Jamur juga menyerang batang dan biji. Pengendalian: mencabut dan membakar tanaman yang terserang.
e. Busuk daun
Penyebab : bakteri Sclerotium rolfsii. Gejala: mirip dengan lanas namun daun membusuk, akarnya bila diteliti diselubungi oleh massa cendawan.
f. Penyakit Virus
Penyebab: virus mozaik (Tobacco Virus Mozaic, (TVM), Kerupuk (Krul), Pseudomozaik, Marmer, Mozaik ketimu (Cucumber Mozaic Virus). Gejala: pertumbuhan tanaman menjadi lambat.
Catatan : Jika pengendalian hama dan penyakit dengan pestisida alami belum mengatasi, dapat digunakan pestisida kimia sesuai anjuran. Agar penyemprotan pestisida kimia lebih merata dan tidak mudah hilang oleh air hujan tambahkan Perekat Perata AERO 810, dosis + 5 ml ( ½ tutup) pertangki.



PANEN DAN PASCA PENEN
Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat kemasakan tepat masak.
Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk pemetikan adalah pada sore/pagi hari pada saat hari cerah. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari, dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak 5 kali.
Sortir daun berdasarkan kualitas warna daun yaitu:
a) Trash (apkiran): warna daun hitam
b) Slick (licin/mulus): warna daun kuning muda
c) Less slick (kurang liciin): warna daun kuning (seperti warna buah jeruk lemon)
d) More grany side ( sedikit kasar ) : warna daun antara kuning-oranye.

2. PENGARUH AIR TERHADAP PERTUMBUHAN TEMBAKAU
Air merupakan kebutuhan pokok bagi semua tanaman juga merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma sel. Di samping itu, air adalah komponen utama dalam proses fotosintesis, pengangkutan assimilate hasil proses ini kebagian-bagian tanaman hanya dimungkinkan melalui gerakan air dalam tanaman. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi posistif dengan produksi biomase tanaman, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi (Crafts et al : 1949; Dwidjoseputro, 1984).Leopold dan Kriedemand (1975) menyatakan air dalam tanaman berkisar antara 80-90 persen dari berat kering tanaman. Persentase ini akan menjadi lebih besar lagi pada bagian-bagian tanaman yang sedang aktif tumbuh. Penyerapan air (water absorbtion) oleh akar ini sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan yaitu air yang tersedia dalam tanah, temperature tanah, aerasi tanah dan konsentrasi larutan tanah (Williams dan Joseph, 1973).
Kekurangan air (water deficit) akan mengganggu keseimbangan kimiawi dalam tanaman yang berakibat berkurangnya hasil fotosintesis atau semua proses-proses fisiologis berjalan tidak normal. Apabila keadaan ini berjalan terus, maka akibat yang terlihat, misalnya tanaman kerdil, layu, produksi rendah, kualitas turun dan sebagainya (Craft et al, 1949; Kramer, 1969).Menurut Clogh dan Milthorpe (1975), pengaruh kekurangan air pada tanaman tembakau dapat dijelaskan yaitu sejak bermulanya pembentukan daun, luas daun dan jumlahnya maupun terhadap perkembangan luas sel-sel palisade pada daun-daun yang sedang mulai berkembang tersusun atas 5 (lima) lembar per tanaman sampai dengan periode pertumbuhan. Selanjutnya, bahwa laju pembentukan daun pada tanaman yang kebutuhan airnya terpenuhi adalah konstan setiap saat bila dibandingkan dengan yang mengalami kekurangan air proses reduksinya sangat cepat.
KETERKAITAN AIR TANAH DAN TANAMAN
A. PERANAN AIR DALAM TANAMAN
Dalam fisiologi tumbuhan air merupakan hal yang sangat penting, Jackson (1977) berpendapat, peranan air dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, yaitu :
1. Air merupakan bahan penyusun utama dari pada protoplasma. Kandungan air yang tinggi aktivitas fisiologis tinggi sedang kandungan air rendah aktivitas fisiologisnya endah (Kramer dan Kozlowsksi, 1960).
2. Air merupakan reagen dalam tubuh tanaman, yaitu pada proses fotosintesis.
3. Air merupakan pelarut substansi (bahan-bahan) pada berbagai hal dalam reaksi-reaksi kimia (Kramer dan Kozlowski, 1960).
4. Air digunakan untuk memelihara tekanan turgor.
5. Sebagai pendorong pross respirasi, sehingga penyediaan tenaga meningkat dan tenaga ini digunakan untuk pertumbuhan.
6. Secara tidak langsung dapat memelihara suhu tanaman.
B. STATUS AIR DALAM TANAH
Untuk mencukupi kebutuhannya, tanaman mengambil air dari tanah, tetapi tidak semu air yang berada dalam tanah dapat digunakan oleh tanaman. Woodward dan Sheehy (1983) menyatakan, air tanah dapat diklasifikasikan menjadi, yaitu air higrooskopis, air kapiler dan air gravitasi. Dari ketiga klasifikasi tersebut, air kapiler dan air gravitasi ini digunakan oleh tanaman dalam kehidupannya pada batas tertentu saja (Dwidjoseputro, 1984). Batas tersebut adalah batas atas sering disebut kapasitas lapang (field capacity) dan batas bawah INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (44 - 51)disebut persentase kelayuan tetap (permanent wilting percentage) (Williame, 1970).

C. PENGARUH KEKURANGAN AIR TERHADAP TANAMAN TEMBAKAU
Pepenfus dan Quin (1984) menyatakan, kebutuhan air untuk tanaman tembakau yang tumbuh di lapang didasrkan atas 3 phase (Goldeworthy dan Fisher, 1984), yaitu :
1. Phase pertama, air dibutuhkan pada umur 2-3 minggu setelah tanam dalam volume rendah.
2. Phase kedua atau phase dewasa, air yang dibutuhkan dapat dari air hujan atau air irigasi. Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tembakau
3. Phase ketiga atau phase pemasakan, kebutuhan terhadap air sudah berkurang.Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya menjadi abnormal.
Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun. Peristiwa kelayuan ini disebabkan karena penyerapan air tidak dapat mengimbangi kecepatan penguapan air dari tanaman. Jika proses tranepirasi ini cukup besar dan penyerapan air tidak dapat mengimbanginyha, maka tanaman tersebut akan mengalmi kelayuan sementara (transcient wilting), sedang tanaman akan mengalami kelayuan tetap, apabila keadaan air dalam tanah telah mencapai permanent wilting percentage.

Tanaman dalam keadaan ini sudah sulit untuk disembuhkan karena sebagaian besar sel-selnya telah mengalami plasmolisia(Dwidjoseputro, 1984). Clogh dan Milthorpe (1975) menerapkan, pembelahan sel mengalami penurunan sangat cepat walaupun tingkat kekurangan air yang rendah, tetapi terhadap kepekaan pembentangannya berkurang, meskipun pengaruh terhadap hal tersebut setelah daun tembakau pada tingkat perkembangan.
Tso 1972 Tanaman membutuhkan cukup air untuk mempertahankan turgor dan perluasan daun. Turgor adalah penentu utama pertumbuhan, perluasan daun. Turgor adalah penentu utama pertumbuhan, perluasan daun dan berbagai aspek metabolisme tanaman. Penutupan dan pembukaan stomata banyak dikendalikan oleh tersedianya air.Tanaman yang cukup air, stomata dapat dipertahankan selalu membuka untuk menjamin kelancaran pertukaran gas-gas di daun termasuk CO yang berguna dalam 2aktivitas fotosisntesis, aktivitas yang tinggi menjamin pula tingginya kecepatan pertumbuhan tanaman (Bayer, 1976).
Kemampuan tanaman tembakau untuk mempertahankan kandungan air yang cukup, pada daun dibagian bawah menentukan kecilnya jumlah daun yang menjadi kering (krosok). Pada tanah tegalan yang relative kering pemberian air yang lebih sedikit mendorong pertumbuhan akar yang lebih dalam sehingga mampu menjangkau tanah yang lebih luas (Arnon, 1972). Pada keadaan yang demikian tanaman akan INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 6, No. 1, 2007 (44 - 51)mampu mengekstrak air dari volume tanah yang lebih dalam dan luas, sehingga mampu menyediaan air lebih banyak untuk mendukung daun-daun dibagian bawah tidak cepat kering.
Tanaman tembakau yang mendapatkan air lebih dapat mengembangkan luas daun yang lebih besar. Penghentian pemberian air pada umur 60 hari yaitu pada sat keadaan cuaca sangat kering dan panas dimana panen daun tembakau dilakukan pada umur 71 hari mengakibatkan evapotranspirsi yang tinggi pada keadaan demikian tanaman kurang mampu mempertahankan daun dibagian bawah sehingga daun mongering.Kualitas daun tembakau meningkat dengan makin meningkatnya pemberian air. Namun secara tepat sebetulnya belum diketahui kebutuhan air untuk tembakauj agar menghasilkan kualitas sesuai dengan selara pabrik rokok. Mislanya PR Gudang Garam dan PR Djarum lebih menyenangi tembakau yang dihasilkan dari tanah yang relative kering.Dengan bergesernya selera konsumen akhir-akhir ini menghendaki rokok yang ringan maka mendorong pabrik rokok mencari tembakau yang lebih cerah, walaupun aromanya kurang kuat. Keadaan ini dapat dicapai dengan pemberian air yang cukup.
Dalam percobaan yang dilaksanakan oleh Abdul Rahman dkk di Balai Penelitian Tembakau dan Serat (BALITTAS) di Malang, 1993. peningkatan pemberian air dari 0,5 1/tanaman/pemberian menjadi 2 1/tanaman/pemberian meningkatkan hasil 50,6 % makin tinggi hasil meningkatkan ukuran tinggi tanaman, kenaikan ukuran panjang daun, lebar daun dan jumlah daun. Pemberian air tertinggi 2 1/tanaman/ pemberian memberikan mutu tertinggi. Bila dibandingkan dengan pemberian air pada tembakau Virginia sebesar 250-300 mm permusim tanam dengan cara irigasi (Rostron, 1966) perlakuan 2 1/tanaman/pemberian setara dengan 174 mm/musim tanam masih termasuk kecil.
Namun bila ditinjau dari indeks Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tembakau itu oleh Abdul Rahman dkk anjuran sementara pemberian air bagi tembakau Madura sebesar 2 1/tanaman/pemberian.Menurut Papenfus dan Quin (1984), kekurangan air secara terus menerus akan menghambat perkembangan daun yang dipanen, sehingga berpengaruh terhadap hasil dan kualitas. Daya baker, ketebalan, tektur dan elastisitas daun mempunyai nilai rendah, karena perkembangan sel per unit luas daun terbatas, serta komposisis secara kimiawi juga endah, yaitu perbandingan kandungan gula dengan niogren dan gula dengan nicotine rendah (Goldworthy dan Fisher, 1984). Jadi perubahan komposisi secara kimiawi dalam daun itu dipengaruhi oleh perbedaan terhadap jumlah air yang diberikan juga tergantung secara langsung terhadap penyerapan nitrogen. Karena kualitas daun tembakau di pasaran sangat ditentukan oleh hasil metabolisme nitrogen dan karbohidrat, serta kandungan nicotin sangat dipengaruhi oleh penyediaan air.












III. PEMBAHASAN
Terjadinya global warming sekarang ini sangat berdampak pada pertanian. Pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sangat besar, termasuk tanaman budidaya tembakau. Cuaca yang tidak menentu merupakan salah satu akibat dari pemanasan global, ini membuat perkebunan tembakau rakyat menurun hasil produktifitasnya. Banyak penyakit bermunculan dan menyerang tumbuhan merupakan salah satu dampaknya, selain itu intensitas curah hujan yang tidak dapat diprediksi dengan baik menyebabkan ketersediaan air yang dipergunakan sebagai sarana irigasi bagi petani, khususnya petani kecil sedikit mengalami kesulitan dalam memperolehnya.
Tanaman tembakau yang sangat sensitif terhadap air, kekurangan maupun kelebihan dalam sistem pengairan tembakau akan mempengarui hasil produksi pada saat panen. Kualitas dari daun tembakau yang dihasilkan akan menurun, sehingga harga jualnya pun akan merosot membuat petani merugi. Kekurangan air pada tanaman tembakau membuat tembakau kurang tumbuh subur, daun yang dihasilkan tidak lebar, sedangkan batang dan akarnya kerdil dan lama-lama akan mongering bahkan mati. Kebalikannya jikatembakau mendapatkan perlakuan air yang berlebihan saat masa tumbuhnya, akar dari tembakau akan mengalami pembusukan, penyakit maupun hama rentan menyerang tembakau dan panen pun juga akan gagal.
Meskipun kini telah banyak penelitian yang menemukan inovasi-inovasi baru dalam budidaya tembakau, namun nampaknya kurang mendapat respon dari petani-petani kecil karena minimnya modal. Pemanasan global yang membuat hujan tidak dapat dipastikan kapan turunnya membuat petani mengalami kesulitan menentukan masa tanam tembakau. Dikhawatirkan saat petani melakukan masa tanam tembakau tiba-tiba hujan tidak turun dan tembakau akan kekurangan air. Diketahui pemberian air pada tembakau 2x standardnya membuat luas, panjang, dan jumlah daun akan mengalami peningkatan. Sehingga control terhadap air harus terjaga. Hal yang bias dilakukan para petani yaitu menjaga sistem irigasi yang ada, seperti menjaga ketersediaan air di sungai-sungai irigasi atau membuat kolam pengairan sendiri diharapkan saat hujan lama tidak turun masih ada ketersediaan air untuk pengairan tembakau.

Adanya sosialisas dari pemerintah maupun pihak-pihak lain yang berwenang tentang perubahan cuaca tidak menentu ini lebih sangat penting untuk para petana. Sosialisasi atau sekedar pemberitahuan tentang perkiraan kapan musim hujan akan turun kepada para petani lebih diefektifkan. Seperti yang sudah dilakukan beberapa waktu lalu oleh pemerintah Kabupaten Probolinggo terhadap petani-petaninya. Pada sosialisai ini juga diikuti oleh perwakilan beberapa Satuan Kerja terkait, Muspika, Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Kelompok Tani dari tujuh kecamatan penghasil tembakau yakni Paiton, Kotaanyar, Pakuniran, Besuk, Kraksaan, Krejengan dan Gading. Juga para pimpinan gudang tembakau, pengusaha rokok, home industri dan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL). Didalamnya juga di sampaikan oleh Kepala Stasiun Klimatologi Karangploso Malang Antoyo Setyadi Pratikto mengatakan bahwa akhir-akhir ini sering terjadi pergeseran musim sehingga perlu diatur pola tanam agar tidak lagi enggunkan pola tanam tradisional dengan perhitungan musim sebagaimana lazimnya. "Diperkirakan curah hujan saat ini cukup rendah, Insyaallah musim tanam saat ini aman-aman saja," Katanya. Curah hujan di bulan Mei diprediksi cukup dan masih dalam kategori normal untuk pertanian temabakau. Sementara itu Asisten Ekonomi dan Pembangunan Mustadjab berharap Muspika dan kepala Desa dapat proaktif melakukan sosialissi kepoada masyarakat khusunya petani tembakau untuk mensosialisasikan alokasi areal tembakau di wilayahnya masing-masing.
Cara seperti diatas bisa menjadi contoh bagi kota-kota penghasil tembakau lainnya di Indonesia, sebagai salah satu upaya perbaikan pertanian tembakau dalam masa perubahan musim yang task menentu sebagai akibat global warming . Sehingga pertanian rakyat yang ada di kota tersebut bisa mendapatkan hasil produksi yang maksimal, petani tidak merugi dan perekonomian masyarakat maupun daerah menjadi lebih baik.







V. KESIMPULAN
Dari beberapa jurnal sebagai sumber penulisan ini yang membahas tentang budidaya tanaman tembakau khususnya pengaruh air (intensitas air hujan) dalam pertumbuhan tembakau dapat disimpulkan bahwa adanya pemanasan global yang terjadi saat ini yang menyebabkan musim tidak menentu begitu juga intensitas hujan yang tidak dapat diprediksi dengan baik, akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan budidaya tanaman tembakau. Musim kemarau kini yang relatif lebih lama membuat masa tanam petani selalu mengalami kemunduran karena kekhawatiran mereka.Jika kekurangan air karena hujan tidak turun tepat waktunya dan persedian airpun menipis saat awal masa menanam bibit, maka tembakau yang baru ditanaman mati, atau tembakau yang sudah berdaun daunya tidak bias luas, tidak panjang dan sedikit jumlahnya. Maka hasil produksi jelek, dan petani pun mengalami kerugian.
Dampak-dampak dari fenomena global warmig, adanya suhu yang semakin meningkat dan musim hujan yang tidak dapat diprediksi secara pasti sudah mempempengaruhi pertanian di Indonesia, khususnya tembakau. Pengaruh air (curah hujan) terhadap pertumbuhan tanaman tembakau yang ada di Indonesia sangat tinggi. Banyak petani mengeluh dan merugi akibat kegagalan panen tembakau mereka, atau rendahnya harga beli hasil panen dari perusahaan rokok karena rendahnya kualitas tembakau yang dihasilkan. Semuanya karena kekurangan persedianaan air (irigasi) akibat kekeringan karena musim hujan tidak datang tepat pada waktunya.









DAFTAR PUSTAKA

• http://public.kompasiana.com/2009/08/19/sejarah-tembakau-di-antara-persepsi-dan-komoditas/
• http://agrindonesia.wordpress.com/2009/04/15/budidaya-tanaman-tembakau/
• http://public.kompasiana.com/2009/08/19/sejarah-tembakau-di-antara-persepsi-dan-komoditas/
• http://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/
• Pengaruh Kekurangan Air (Water Deficit) Terhadap Pertumbuhan Dan Perkembangan Tanaman Tembakau oleh CH. Tri harwati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Halaman